Membuka Sejarah Siapakah Syekh Abdul Jalil di Kampung Dukuh Kecamatan Cikelet Garut

Membuka Sejarah Baru Kampung Dukuh Syekh Abdul Jalil Nama Lain Sembah Dalem Lebe Warta Kusumah
Kampung Dukuh didirikan oleh Syeikh Abdul Jalil . Seorang ulama dari Sumedang di era kekuasaan Bupati Pangeran Rangga Gempol III / Pangeran Panembahan (1656 – 1706)

Perkawinan Lebe Warta Kusumah (Syekh Abdul Jalil) dengan Sembah Ajeng Tangan Ziah melahirkan dua orang anak :
1. Syekh Abdul Muhyi
2. Nyai Kodrat (menjadi isteri Syekh Khotib Muwahid).

 


ADA KENASABAN KELUARGA PESANTREN GENTUR CIANJUR DENGAN SYEKH ABDUL JALIL KAMPUNG DUKUH CIKELET PAMEUNGPEUK GARUT
Ahmad Syathibi al Qonturi Al 'Alim Al 'Allamah Al Kamil Al Waro Asy Syaikh Ahmad Syathibi bin Muhammad Sa'id Al Qonturi Asy Syanjuri Al Jawi Asy Syafi'i.

Lahir di Cianjur, Hindia Belanda, sekitar tanggal 12-18 tanpa diketahui secara pasti bulan dan tahun kelahirannya - meninggal di Cianjur, Indonesia pada Rabu 14 Jumadil Akhir 1365 Hijriyah, tanggal 15 Mei 1946) atau lebih dikenal dengan Mama Gentur adalah salah satu sosok ulama Tatar Pasundan yang bergelar Al Alim Al 'Allamah Al Kamil Al Wara.

Kakak kandungnya antara lain Hajjah Ruqiyah (pengajar Pondok Pesantren Cipadang, Cianjur), Mama Hajji Ilyas (alias Mama Hajji Yahya, pengajar Pondok Pesantren Babakan Bandung, Sukaraja, Sukabumi), dan adik kandung yakni Mama Hajji Muhammad Qurthubi (alias Mama Gentur Kidul, pengajar Pondok Pesantren Gentur, Warungkondang, Cianjur).

Putra - putra Mama Ajengan Gentur antara lain : Mama Haji Hidayatullah (Aang Baden), Mama Haji Rohmatullah (Aang Eyeh), Mama Haji Hasbullah (Aang Abun), Mama Haji Abdul Haq Nuh (Aang Nuh), Hajjah Siti Aminah (Ibu Hajjah Mas Noneh), Hajjah Mas Ucu Qoni'ah, dan semua putranya menjadi Pengajar Pondok Pesantren Gentur, Warungkondang, Cianjur.

Konon salah satu putranya yaitu Mama Haji Abdul Haq Nuh alias Mama Aang Nuh Gentur merupakan sosok ulama tanah pasundan yang al'alim al alamah al kamilil wara secara rutin sering berziarah ke makam karomah kampung dukuh Syeikh Abdul Jalil.

Menurut yang diyakini oleh Mama Aang Nuh Gentur bahwa Syeikh Abdul Jalil adalah eyangnya yang tiada lain adalah ayahanda Syeikh Abdul Muhyi yakni Sembah Dalem Lebe Warta Kusumah.

Nasab silsilah Mama Aang Nuh Gentur sebagai berikut :
Ayahnya  : Mama Haji Ahmad Syathibi(Gentur, Warungkondang, Cianjur)
Kakeknya : Mama Haji Muhammad Sa'id (Gentur, Warungkondang, Cianjur)
Buyutnya : Mama Haji Abdul Qodir (Ciawi, Ciawi, Tasikmalaya)
Baonya : Syekh Nur Hajid (Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya)
Jangawarengnya  : Syekh Nur Katim (Seulakopi, Cianjur)
Udeg Udegnya : Syekh Dalem Bojong (Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya)
Kakait Siwurnya : Syekh Abdul Muhyi (Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya) bin Sembah Dalem Lebe Warta Kusumah alias Syekh Abdul Jalil (Makam Karomah Kampung Dukuh, Cikelet, Garut Selatan).

Dengan adanya keterangan tentang adanya hubungan kenasaban antara pesantren Gentur Cianjur dengan kampung dukuh ini, maka semakin menambah keyakinan bahwa Syekh Abdul Jalil itu merupakan nama lain dari ayahandanya Syekh Abdul Muhyi Pamijahan Tasikmalaya yakni Sembah Dalem Lebe Warta Kusumah.


Eyang Dukuh
Selain makam Syeikh Abdul Jalil / Sembah Dalem Lebe Warta Kusumah (penghulu sewaktu pemerintah kabhupatian Sumedang pada jaman Pangeran Panembahan, yang diutus oleh kasultanan Mataram, menjadi kepala penghulu Agama di Sumedang. Karena beliau berasal dari parahyangan yang menimba ilmu di Pasantren di Mataram dan mendirikan pesantren Buhun  diperbatasan Sumedang Majalengka yaitu Pesantren Tonjong Majalengka.

Menurut keterangan Eyang Dukuh, adalah berasal dari Pajajaran yang mengungsi ke Kampung Dukuh, sewaktu Pajajaran Burak (Sirna Ing Bhumi). Banyak Keturanan Raja dan penduduk Pajajaran yang memilih tempat mengasingkan diri, seperti : Rd. Ajimantri (Sokawayana) di Cimalaka Sumedang, Sutra Ngumbar dan Sutra Bandera di Cipancar Sumedang Selatan, Nyimas Mayang Kusumah dan kakaknya (Layang Kusumah/Ki Gede) di Pajagan Situraja Sumedang, Masyarakat Kanekesh di Banten, Ke Cianjur, dsb.

Eyang Dukuh yang mengasingkan diri ke Kampung Dukuh yang menganut Sunda wiwitan (ageman Sunda Pajajaran), setelah kedatangan Syeikh Abdul Jalil atau Sembah Dalem Lebe Warta Kusumah. Lalu eyang Dukuh berguru agama Islam pada Syeik Abdul Jalil (Sembah Dalem Lebe Warta Kusumah). Karena pada dasar secara Hakekat agama wiwitan (awal) dan Agama Islam tak jauh perbedaannya sama-sama menyembah Tuhan yang Maha Esa dan Maha Kuasa, yang berbeda hanya dalam hal tata cara dan syareat, sehingga Agama Islam diterima dengan baik oleh masyarakat Kampung Dukuh belum lagi pengenalan agama Islam telah diperkenalkan oleh Rakryan Santjang pada abad ke 7 M, dan dipertegas lagi oleh Rd. Sangara (Kian Santang/Sunan Suci Rohmat) pada abad ke 14 M di Garut.

Setelah meninggal Syeik Abdul Jalil, eyang Dukuh mengurus makamnya. Salah satu keturunan Eyang Dukuh generasi ke 14, diberikan kepercayaan untuk menjadi Ketua Adat Kampung Dukuh sekarang, yaitu mama Uluk (mama Lukman)



 Penulis, Mama Lukman Ketua Adat Kampung Dukuh Pameungpeuk Garut dan Ketua Pengurus Yayasan Nazhir Wakap Sumedang Rd, Lucky Djohari Soemawilaga


Mama Lukman Ketua Adat Kampung Dukuh Pameungpeuk Garut dan Ketua Pengurus Yayasan Nazhir Wakap Sumedang Rd, Lucky Djohari Soemawilaga



Semoga tulisan ini bermanfaat, bagi yang ingin tahu sejarah Kampung Dukuh Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut.

Wallahu alam Biroomudi.

Qriter participant :
- Oos Supyadin (NKKD)
- Idpan Yudarda (NKKD)
- Dedi E Kusmayadi Soerialaga (NKSL)
- Luky Djohari Soemawilaga (NKSL)
- Cklt Rumah Budaya Cikelet - Dukuh

Baca Juga :

2 komentar:

  1. Terimakasih.. hatur nuhun

    BalasHapus
  2. hatur nuhun pangersa
    semoga jadi amal ibadah dan semua kebaikannya di balas dgn kebaikan dr Allah swt Aamiin

    BalasHapus