Situs Cipaku Penyangga Keseimbangan Alam Semesta

Situs-situs Kabuyutan Batu Tunggal/Batu Tauhid di Kabuyutan Cipaku dahulu merupakan tempat berkontemplasi para leluhur mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Batu tersebut merupakan Simbol Monotheismeu Nusantara Purba yang sudah ada sejak jaman pra sejarah dan sampai sekarang masih digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari spiritualitas masyarakat  sekitar. Situs- situs Kabuyutan Cipaku dapat diibaratkan BTS (Stasiun Pemancar) yang mampu memancarkan do’a kepada Sang Khalik Tuhan Semesta Alam. Jatigede dapat diartikan sebagai Jati yang berarti Tuhan dan Gede yang berarti Besar, Jatigede adalah Tuhan Yang Maha Besar atau Tanda Kebesaran Tuhan YME.

Surat Ibrahim ayat 5 dimana merupakan satu rangkaian terdiri dari ayat 4 dan 5 sebagai berikut:

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (14: 4)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): “Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (14: 5)

Menurut salah satu Kasepuhan yang memimpin acara Situs Cipeueut adalah salah Satu Koordinat Poros Gravitasi Bumi yang menjadi tiang penyangga langit, kalau ditelusuri sampai ke atas langit maka Koordinat Situs Cipeueut itu nyambung ke bintang di langit, Batu Tunggal Aji Putih Cipeueut berfungsi seperti BTS/Pemancar yang mampu memancarkan sinyal-sinyal ke langit tempat bersemayamnya Tuhan YME. Tentu saja tidak setiap lokasi cocok menjadi pemancar hanya koordinat tertentu saja yang cocok untuk dijadikan lokasi tempat pemancar, contohnya BTS/Tower Telekomunikasi tidak bisa dibangun disembarang tempat hanya di lokasi yang tepat koordinatnya saja yang bisa dibangun. Di Bumi itu ada beberapa tempat seperti Situs Cipeueut diantaranya Ka’bah di Mekah Al Mukaromah yang koordinatnya ditemukan oleh Nabi Ibrahim AS dan dilanjutkan oleh Nabi Muhammad SAW. Koordinat-koordinat tiang penyangga langit/pengikat gravitasi bumi ini perlu dijaga dan dilestarikan agar tentu saja keseimbangan alam semesta tetap terjaga. Bisa dibayangkan apabila tiang ini dirusak maka ibarat rumah/saung tanpa tiang maka yg ada adalah goncang. Sama hal misalnya apabila BTS Tower Telekomunikasi roboh maka Sinyal Hand Phone pun akan mengalami gangguan. Apabila bumi goncang maka yang merasakan adalah manusia yang hidup di alam dunia ini. Hal tersebut sejalan dengan Uga Leluhur Cipaku, Lemah Sagandu Diganggu Balai Sadunya, Kabuyutan Cipaku diganggu bencana sedunia.
 
Masing-masing peserta sebelum berangkat ke Situs Cipeueut berwudlu dulu, mensucikan diri lalu kemudian kami berjalan kaki menelusuri pesawahan Kabuyutan Cipaku dengan ditemani pemandangan langit yang sangat cerah dengan bintang-bintang berkelipan. Subhanalloh, selama pengalaman hidup belum pernah mengalami pemandangan langit yang sangat indah seperti di Kabuyutan Cipaku, langitnya cerah dan bintang-bintang terang terasa dekat. 
Sesampainya di Punden Berundak Aji Putih kami melakukan ritual Thawaf mengelilingi Batu Tunggal Situs Aji Putih sebanyak 3 kali. Lalu setelah itu kami duduk dengan masing-masing orang berada mengelilingi Batu Tunggal Aji Putih. Kami pun berkontemplasi dan berdo’a untuk keselamatan Kabuyutan Cipaku, Jatigede, Indonesia dan Dunia. Semoga Yang Maha Kuasa memberikan yang terbaik, menjaga kelestarian dan keseimbangan alam semesta. 
Situs Cipaku Jatigede dan Rasio Alam Fiboncci
Kami penasaran bahwa Situs Cipeueut di Cipaku adalah penyangga Keseimbangan Alam Semesta di Jawa Barat, lalu dengan menggambarkan pada peta Jawa Barat ternyata Rasio Alam Fiboncci pusatnya ada di Cipaku daripada situs-situs yang ada di Jawa Barat.
Pada gambar, itu menunjukkan bahwa pengukuran dengan rasio emas kompas yang juga dikenal sebagai Kompas Leonardo, membuktikan bahwa situs Cipaku terletak di Golden Ratio Point dari Situs yang ada di Jawa Barat. Menurut perhitungan probabilitas, semua bukti ini tidak dapat insidentil (terjadi secara kebetulan).
Golden Section juga dikenal dengan nama The Golden Mean, Golden Ratio, dan Divine Proportion (The Golden Section). Dijabarkan sebagai sebuah rasio yang berasal dari huruf Yunani : phi Op), rasio the golden mean sama dengan atau mendekati bilangan 1.618033988749895 or (1+’q5)/2 (The Golden Mean, MathSoft Constants) yang termasuk di dalamnya satu set konstruksi geometrik untuk memisahkan satu ruas garis menjadi banyak bagian dimana nilai rasio/perbandingan garis yang panjang berbanding total panjang garis sama dengan atau mendekati nilai perbandingan dari garis yang pendek berbanding dengan garis yang panjang (The Golden Section).



The Golden Mean sebagai sebuah rasio/perbandingan kompleks yang berasal dari huruf Yunani phi ((p) menggambarkan satu set figur geometrik yang termasuk di dalamnya ; garis, segiempat, dan spiral. Figur-figur tersebut jika digambar sesuai dengan the Divine proportion dianggap sebagai bentuk yang sempurna dan paling memuaskan secara estetis. The Golden Section telah digunakan sejak jaman klasik dalam berbagai penerapan termasuk dalam bidang seni, arsitektur, dan spiritual karena pendekatannya terkait dengan hal yang bersifat ideal dan tentunya menyentuh sisi-sisi ketuhanan sebagai sesuatu yang absolut.


Angka Fibonacci
0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, 377, 610, 987, 1597, 2584, …

Angka Fibonacci memiliki satu sifat menarik. Jika Anda membagi satu angka dalam deret tersebut dengan angka sebelumnya, akan Anda dapatkan sebuah angka hasil pembagian yang besarnya sangat mendekati satu sama lain. Nyatanya, angka ini bernilai tetap setelah angka ke-13 dalam deret tersebut. Angka ini dikenal sebagai “golden ratio” atau “rasio emas”.

GOLDEN RATIO (RASIO EMAS) = 1,618
233 / 144 = 1,618
377 / 233 = 1,618
610 / 377 = 1,618
987 / 610 = 1,618
1597 / 987 = 1,618

Anda akan melihat betapa hebat Allah dalam presentasi ini, dan ini menyajikan bukti-bukti tentang keberadaan Allah.

Semua ciptaan di alam semesta ini mengikuti rasio ilahi ini.

– Jarak antara ujung jari dan siku / jarak antara pergelangan tangan dan siku = 1. 618
– Jarak antara pusar dan bagian atas kepala / jarak antara garis bahu dan bagian atas kepala = 1. 618.
– Jarak antara pusar dan lutut / jarak antara lutut dan ujung kaki = 1. 618.


Bahkan kaki Anda juga menunjukkan phi. Kaki memiliki beberapa proporsi berdasarkan garis phi, termasuk: bagian tengah lengkungan kaki dan telapak kaki; bagian dasar garis dan ujung jempol kaki; bagian atas garis ujung dan bagian bawah jalur riwayat kaki.

Jari-jari kita memiliki tiga ruas. Proporsi dari dua bagian jari dengan panjang jalur riwayat juga menunjukkan rasio emas. Anda juga dapat melihat bahwa proporsi jari tengah terhadap jari kelingking merupakan rasio emas pula.

Jatigede Tanda Kebesaran Tuhan

Hari Minggu Tanggal 5 Juli 2015 Dini Hari Jam 2.30 pagi Para Kasepuhan mengajak berkunjung ke Situs Astana Gede Lembu Agung Kabuyutan Cipaku untuk melakukan kontemplasi dan berdo’a disana untuk keselamatan Jatigede dan Indonesia. Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa Situs-situs Kabuyutan Batu Tunggal/Batu Tauhid di Kabuyutan Cipaku dahulu merupakan tempat berkontemplasi para leluhur mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Batu tersebut merupakan Simbol Monotheismeu Nusantara Purba yang sudah ada sejak jaman pra sejarah dan sampai sekarang masih digunakan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari spiritualitas masyarakat  sekitar. Situs- situs Kabuyutan Cipaku dapat diibaratkan BTS (Stasiun Pemancar) yang mampu memancarkan do’a kepada Sang Khalik Tuhan Semesta Alam. Jatigede dapat diartikan sebagai Jati yang berarti Tuhan dan Gede yang berarti Besar, Jatigede adalah Tuhan Yang Maha Besar atau Tanda Kebesaran Tuhan YME



Alhamdulillah setelah berkontemplasi disana Kasepuhan mendapatkan wangsit agar dilakukan Shalat Tahajud selama 20 malam setelah selesai Tarawih, kira- kira jam 1 dini hari paling lambat jam 3 subuh. Seperti kita ketahui Rosululloh SAW mencontohkan Shalat Tahajud untuk berkontemplasi kepada Tuhan YME memohon petunjuk dan keselamatan semuanya. Tepat Jam 3 pagi kami Sahur lalu kemudian sholat Subuh, setelah Subuh istirahat sebentar lalu paginya Jam 7.30 ngobrol dengan Warga Masyarakat. Ketika sedang asik mengobrol tiba- tiba kami dikejutkan oleh Gempa yang menggoyang tempat yang kami gunakan untuk mengobrol saat itu kaca rumah pun sampai bergetar. Gempa tersebut terjadi Jam 8. 23 dengan skala 3.6 Skala Richter dengan episentrum gempa di 4 Km Tenggara Kota Sumedang pada kedalaman 10 km.

Subhanalloh Kasepuhan menyampaikan itu adalah petunjuk dari Alloh SWT dan pesannya dapat dilihat pada Al Qur’an sesuai Jam dan Menitnya yang dikonversi menjadi Surat dan Ayat. Setelah di cek ke Al Qur’an maka diperoleh petunjuknya adalah Surat Al Anfal Ayat 22 dan 23, “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah: orang- orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apapun. Kalau sekiranya Allah mengatahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah menjadikan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka dapat mendengar, niscaya mereka dapat berpaling juga, sedang mereka memalingkan diri (dari apa yang mereka dengar itu). Petunjuk dari Alloh SWT tersebut sangat sesuai dengan kondisi Jatigede saat ini leluhur Kabuyutan Cipaku sudah menyampaikan berbagai peringatan melalui Uga tentang potensi bencana yang akan terjadi di Jatigede apabila Jatigede akan digenangi namun rupanya Pemerintah telah menjadi pekak dan tuli tidak mau mendengar pesan-pesan dari leluhur Kabuyutan Cipaku. 


Shalat Tahajud pun dimulai setelah shalat Isya dan Tarawih tidak langsung Shalat Witir tapi tidur sebentar dan bangun kira- kira Jam 1 malam, setelah berwudlu maka melakukan Shalat Tahajud, setelah Tahajud berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Alhamdulillah tanggal 25 Juli 2015, hari Sabtu adalah Shalat Tahajud Terakhir dan Subhanalloh ternyata Alloh SWT kembali menurunkan petunjuknya melalui Gempa Ciamis Tasik yang terasa hingga Cilacap dan Jogjakarta. Gempanya Jam 4.44 Subuh tidak terlalu lama setelah Shalat Tahajud Terakhir dengan Skala cukup besar 5.7 SR dengan kedalaman 10 Km dengan Episentrum 83 Km Selatan Cilacap.

Stelah dicek melalui Al Qur’an Jam 4. 44 – 45 apabila kita lihat Ayat Suci Al Qur’an Surat ke-4 An Nisa ayat 44 dan 45 adalah An Nisa 44, “Apakah kamu tidak melihat orang- orang yang telah diberi bahagian dari Al Kitab (Taurat)? Mereka membeli (memilih) kesesatan (dengan petunjuk) dan mereka bermaksud supaya kamu tersesat (menyimpang) dari jalan (yang benar).” dan An Nisa 45, “Dan Allah lebih mengetahui (dari pada kamu) tentang musuh- musuhmu. Dan Cukuplah Allah menjadi Pelindung (bagimu). Dan cukuplah Allah menjadi Penolong (bagimu).”. Subhanalloh petunjuk tersebut benar- benar menenangkan hati ketika Pemerintah tetap bersikukuh dengan rencananya menenggelamkan Kabuyutan Cipaku yang merupakan Tanda Kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa maka Alloh SWT pun memberikan petunjuk Cukuplah Alloh SWT menjadi pelindung dan penolong. Dalam surat itu juga disebutkan bahwa Alloh SWT maha mengetahui tentang siapa- siapa saja yang menjadi musuh- musuh kita.

Pada Tanggal 26 Juli 2015 juga telah terjadi Gempa di Malang yang cukup mengguncang dengan Skala 6.3 SR Jam 14.05 dengan Episentrum 150 Km Barat Daya Kabupaten Malang dengan kedalaman 10 Km. Ternyata berdasarkan Al Qur’an Jam 14.05 ini merupakan Surat Ibrahim ayat 5 dimana merupakan satu rangkaian terdiri dari ayat 4 dan 5 sebagai berikut:

Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. (14: 4)

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): “Keluarkanlah kaummu dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur. (14: 5)

Pada pembahasan yang lalu, telah dijelaskan bahwa Allah Swt berfirman tentang orang yang mengikuti hawa nafsunya, menolak kebenaran dan mengingkari para nabi. Dalam ayat ini, Allah Swt berfirman bahwa para nabi ilahi tidak pernah lalai menjalankan tugasnya dan mereka berbicara dengan bahasa kaumnya berdasarkan tingkat pemahaman masing-masing. Sehingga para penentang tidak memiliki satu alasan pun untuk menolak kebenaran dengan mengatakan bahwa kami tidak memahami perkataannya.

Secara alamiah, setiap perbuatan manusia diiringi oleh reaksinya sendiri. Orang yang menutup mata, telinga dan akalnya dari kebenaran, berada dalam kesesatan. Selain itu, kehidupan mereka berada dalam kesempitan. Inilah ganjaran yang diberikan Allah kepada mereka di dunia, sebagaimana para pencari kebenaran yang menerima petunjuk para nabi, mendapatkan kebaikan dalam hidupnya. Inilah ganjaran kebaikan mereka di dunia. Maksud dari ayat ini yang menyebutkan bahwa Allah menyesatkan, adalah bahwa orang yang keras kepala karena kesalahannya sendiri, tidak mendapatkan rahmat Allah Swt. Inilah kerugian bagi mereka.

Sebagaimana dalam ayat lainnya disebutkan bahwa Tuhan tidak menyesatkan manusia, kecuali orang-orang yang zalim dan berlebihan sebagai tanda dari dampak kezaliman dan dosa yang jauh dari cahaya Ilahi. Seandainya Allah Swt hendak menyesatkan seseorang, Allah tidak mengutus para nabi untuk memberikan petunjuk bagi umat manusia. Allah tidak mengutus para nabi untuk memberikan petunjuk bagi umat manusia. Padahal, Allah Swt telah menurunkan kitab suci dan para nabinya untuk menyelamatkan umat manusia. Namun, sebagian manusia tidak memberikan hatinya di jalan kebenaran.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bahasa para nabi bukan bahasa khusus yang hanya dipahami oleh kaum cendekia saja, namun mereka berbicara dengan bahasa kaumnya berdasarkan tingkat pemahaman mereka sebagai argumentasi untuk semua.

2. Allah bersikap bijaksana kepada semua manusia, baik yang berperilaku baik maupun yang buruk. Semua mendapatkan balasan sesuai dengan perbuatannya masing-masing.


Mengiringi sebuah kaidah umum tentang dakwah para nabi di ayat sebelumnya, ayat ini mengisyaratkan metode Nabi Musa as, sebagaimana disebutkan dalam al-Quran bahwa ia hendak membebaskan manusia yang terikat rantai perbudakan Firaun dan penyembahan berhala para pembohong. Untuk membuktikan kebenaran kalinnya, Musa as memperlihatkan mukjizat kepada masyarakat. Umat Nabi Musa pada periode tertentu menerima dakwah ilahi dan pada saat yang lain menolaknya. Maka masa risalah Musa as ada waktu-waktu yang dipenuhi karunia rahmat Ilahi dan ada pula waktu yang dipenuhi kesulitan. Al-Quran menyebutkan sebagai ayyamullah (hari-hari Allah). Hari-hari tersebut untuk mengingatkan manusia dari kelalaian dan mengambil pelajaran darinya.

Kaum Bani Israel dengan izin Allah suatu saat selamat melintasi sungai Nil dan musuh-musuhnya tenggelam. Namun, karena mengingkari nikmat Allah, di saat yang lain kaum ini selama 40 tahun berada dalam kesulitan dan tersesat di padang Sahara sebagai pengingat bagi mereka dan keturunnya.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:

1. Mengingat sejarah para pendahulu, adalah media untuk bersabar menghadapi kesulitan dan bersyukur atas berbagai karunia Ilahi.

2. Memperingati hari-hari yang menentukan nasib sejarah sebuah umat terutama umat Islam adalah perintah Ilahi.

Pada Hari Senin Tanggal 27 Juli 2015 ternyata Alloh SWT memberikan petunjuk lagi melalui Gempa Nias Jam 6. 55 pagi 115 Km Barat Daya Nias dengan kedalaman 71 Km. Setelah dilihat di Al Qur’an petunjuknya adalah Surat Al An’am ayat 55 dimana pesannya adalah Alloh SWT menurunkan Al Qur’an supaya jelas jalan orang–orang yang saleh dan jalan orang-orang yang berdosa. Selain itu juga ayat ini merupakan satu rangkaian sampai ayat no 59 yang intinya bahwa Alloh SWT Maha Mengetahui dan beliau lah yang memegang kunci yang Ghaib, semuanya telah digariskan di Lauhul Mahfudz.


Semoga petunjuk-petunjuk dari Alloh SWT tersebut semakin menguatkan dan mengukuhkan pernjuangan Masyarakat dalam mempertahankan Jejak-jejak Peradaban Leluhur Nusantara yang merupakan Cikal Bakal Peradaban Nusantara Purba Symbol Monotheismeu Nusantara Purba dimana disanalah Leluhur Berkontemplasi mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengenal dirinya sendiri sehingga mereka menamai tempat itu dengan sebutan Cipaku (Ilmu Tauhid), Darmaraja (Ilmu Amanah), dan Sumedang (Ilmu Ikhlas). Seharusnya Kabuyutan Cipaku dikembangkan sejalan dengan fungsinya dahulu sebagai Jagat Resi tempat Para Guru dan Resi mendidik Ilmu Pengetahuan, Budaya, Moral, dan Spiritual. Jatigede seharusnya menjadi penyempurna Jatinangor yang saat ini menjadi Pusat Pendidikan Ilmu Pengetahuan Duniawi dimana terdapat ITB, UNPAD, STPDN, dan IKOPIN, Jatigede sangat tepat menjadi Pusat Pendidikan Moral dan Spiritual untuk membentuk Pribadi- pribadi yang Soleh: Nyantri, Nyunda, Nyakola: Nyunda : Cageur, Bageur, Bener, Singer, Pinter, Teger, Tanjeur, Wanter.

Lemah Sagandu Diganggu Balai Sadunya, Jatigede Dikeueum Ngahudangkeun Keuyeup Bodas Nu Bakal Ngabobol Bendungan, Bandung Heurin Ku Tangtung, Sumedang Ngarangrangan, Kadipaten Kapapatenan, Cirebon Kabongbodasan, Indramayu Kalalayuan, Tomo Totolomoan, Ujung Jaya Ujung Kajayaan, Warung Peti Tempat Mayit. Cipelang Cikamayangan, Cimanuk Marigi Deui, Cipaku Jadi Nagara, Darmaraja Jadi Beja, Sukapura Ngadaun Ngora, Galunggung Ngadeg Tumenggung.

Urung-urung Sangkuriang Cimanuk Burung Dibendung Cai Banyu Padalungga Mulia Badan Sampurna. Pun Sapun Kaluluhuran






Baca Juga :

Tidak ada komentar