Keuyeup Bodas: Sesar Aktif Baribis Akan Menjebol Bendungan Jatigede di Masa Mendatang?

Kasepuhan dari Kabuyutan Cipaku menyampaikan Cimanuk dibendung menjadi Bendungan Jatigede dan akan menenggelamkan Lemah Sagandu Kabuyutan Cipaku, jangan takut jangan khawatir karena ada Bukit Pareugreug (Reugreug - Tenang/Tidak Khawatir), “reug reug na mah da aya Pareugreug”, yang membuat tidak khawatir karena ada Bukit Pareugreug. Bukit Pareugreug seperti di foto diberi tanda merah persis berada tidak jauh dari fisik Bendungan Jatigede, menurut Ahli Geologi Kang Oman Abdurahman Alumni ITB Jurusan Geologi yang merupakan Pimpinan Redaksi Majalah Geo Magz bukit itu adalah Sesar/Patahan Baribis yang masih Aktif.

Kasepuhan dari Kabuyutan Cipaku menyampaikan apabila Bendungan Jatigede digenangi dan menggenangi sampai ke Kabuyutan Cipaku maka akan “ngahudangkeun keuyeup bodas nu bakal ngabobol bendungan” membangunkan “kepiting putih” yang akan menjebol bendungan. Rupanya yang dimaksud “keuyeup bodas” itu secara geologi mungkin adalah Sesar Aktif Baribis yang mana DPKLTS pernah menulis Article di Koran Kompas bahwa Jatigede Rentan Ambrol karena lokasinya di daerah yang tidak stabil dan berada di Sesar Aktif Baribis yang setiap saat bisa menjebol bendungan. Pun sapun kaluluhuran.

Apabila ingin membayangkan bagaimana akibat dari pergerakan sesar aktif/lempeng aktif tanah maka Tsunami Aceh Desember 2004 adalah akibat dari pergerekan lempeng tanah/sesar aktif yang kemudian menyebabkan Tsunami Dahsyat yang memakan korban jiwa lebih dari 100.000 jiwa  Inalillahi wa ina ilaihi rojiun, semoga bencana yang serupa tidak terulang lagi. 

Leluhur Kabuyutan Cipaku sudah memperingatkan bahwa “Lemah Sagandu Diganggu Balai Sadunya”, Kabuyutan Cipaku diganggu bencana bagi dunia! Dibawah ini foto artikel berita yang dikliping oleh Ahli Geologi H. Abdurrohman M. Sastra, ME yang pernah mempresentasikan mengenai GEOSUNDA di UNPAD. 

Ketika Tsunami Aceh terjadi akibat dari tubrukan Lempeng Burma dengan Lempeng India maka  kemudian Lempeng Pasundan muncul ke permukaan. Pada tahun 2004 Presiden SBY mencanangkan pembangunan Bendungan Jatigede, dan Akhir tahun 2004 DPKLTS bersama dengan Forum Komunikasi Rakyat Jatigede (FKRJ) mengirimkan Surat penolakan bendungan Jatigede. Link Suratnya: http://www.docstoc.com/docs/102904608/surat-tolak-jatigede-ke-presiden-ke-1-thn-2004 tidak lama setelah Surat Penolakan Jatigede tidak ditanggapi Tsunami Aceh terjadi.

Sabtu 8–9 November 2014 setahun yang lalu Kang Oman Abdurahman yang merupakan Kasepuhan dari Komunitas Kabuyutan dan juga anggota Komunitas Urang Sunda, beliau berkunjung kesana melihat langsung Kabuyutan Cipaku dimana terdapat hutan rimbun dengan hamparan sawah subur sangat disayangkan apabila ditenggelamkan, kalau kata orang Sunda mah ibarat “moro julang ngaleupaskeun peusing”, ingin mendapat hasil yang belum tentu lebih baik tapi melepaskan yang sudah baik.

Ketika Indonesia masih bicara swasembada pangan dan sapi disana sudah duluan, karena lumbung padi sumedang dan juga peternak sapi. Sawah Subur di Lemah Sagandu Kabuyutan Cipaku yang merupakan daerah genangan Bendungan Jatigede minimal 2x panen dan beberapa malah ada yang bisa sampai 3x panen dengan rendeman tertinggi di Indonedia.

Beberapa ahli lingkungan dan geologi yang tergabung dalam DPKLTS (Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda) beberapa kali mengirimkan surat penolakan Bendungan Jatigede karena dianggap tidak layak. Kenapa Bendungan Jatigede ini tidak layak karena:

1. Struktur Geologi bendungan berada didaerah aktif yaitu Sesar Baribis, persisi didepan poros bendungan itu lokasi tebing sesarnya yang sewaktu-2 bisa aktif. Barangkali ini UGA/ Ramalan Kabuyutan apabila bendungan digenangi maka akan menghidupkan Keuyeup Bodas yang akan membobol bendungan, “keuyeup bodas” hanya bahasa isyarat yang dimaksud mungkin Sesar Aktif Baribis itu. Sangat bisa dibayangkan apabila 1 milyar m3 jebol dari Jatigede maka Kadipaten/ Majalengka, Indramayu, Cirebon akan tersapu bersih.

2. Cimanuk termasuk sungai yang paling EROSI di Tatar Sunda dan bisa jadi di Indonesia, airnya sudah keruh bercampur lumpur jadi yang ada bukan bendungan air saja tapi bendungan lumpur, sedimentasi akan mengurangi volume bendungan dan mempercepat umur bendungan. 

Begitu juga listrik PLN yang dihasilkan akan tidak efisien.

Mengenai UGA/Ramalan Kabuyutan mungkin dianggap remeh oleh Pemerintah tapi kalau terjadi Apakah Jokowi, Aher, dan Para Menteri yang menyetujui Bendungan Jatigede apa pertanggungjawaban mereka kalau nantinya malah menimbulkan bencana?

Baca Juga :

Tidak ada komentar